22 April 2020

Penyembahan Yang Benar


Penyembahan Yang Benar

Sering kita bertanya-tanya, apakah tata cara kita menyembah, berdoa, beribadah, memuji, mengucap syukur sudah benar dan berkenan ke hadirat Tuhan Yang Kudus?
Pertama kita sadari dulu, bahwa Allah tidak berkenan terhadap penyembah separuh hati, pikiran, waktu, suara, harta-benda demi memenuhi ego/nafsu, kemunafikan atau dari sisa-sisa semua kepunyaan kita. Allah selalu mau diprioritaskan, di nomer satukan, bukan nomer sepuluh. Coba flash-back sejenak, ambil waktu yang khusus untuk kita renungkan dan bertanya, untuk apa sebenarnya kita menyembah Tuhan? Berapa lama kita menyembah-NYA dalam waktu yang Tuhan berikan selama 24 jam? Apakah lebih lama bermain game, medsos atau hobi kita dibandingkan bersekutu dengan Tuhan?

Penyembahan yang menyenangkan hati Allah, secara singkat sebagai berikut:

1.  Menyembah dengan penuh kebenaran

Kita perlu menyembah bukan “Menyembah Tuhan untuk/karena . . .” (rutinitas, kehormatan, kekayaan dan keduniawian lainnya), tetapi “Menyembah Tuhan meskipun/walaupun . . .” (susah, miskin, sakit, wabah covid-19 dan keadaan lainnya yang membuat sedih).
Yesus berkata: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah DIA, harus dalam Roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:24)

Jika kita menyembah Tuhan saat bahagia saja artinya menyembah Tuhan karena pamrih atau balasan atas kebaikan-NYA. Atau menyembah saat kesusahan saja, saat senang malah melupakan-NYA. Sedangkan Kasih Allah adalah kasih Agape, kasih yang tanpa pamrih. Dan faktanya Allah lebih dahulu mengasihi kita dalam situasi, kondisi apapun. Allah tetap hadir menyertai kita. Imanuel . . .

2.  Menyembah secara natural/alamiah

Kondisi jiwa, tubuh, emosi, keuangan pastinya tidak selalu dalam kondisi prima; tetaplah menyembah Tuhan apa adanya sesuai eksistensi kita. Tidak dibuat-buat, demi liturgi, mencari kehormatan jemaat, atau demi-demi yang lainnya. . .

Mari menyerahkan diri, hati, pikiran kita secara natural/alamiah tidak ada kemunafikan karena Allah Maha Tahu, tidak ada yang tersembunyi dihadapan-NYA.
Nabi Daud berdoa: “Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan-kesalahanku tidak tersembunyi bagi-MU.(Mazmur 69:5) demikian juga Tuhan berfirman kepada Nabi Yeremia 16:17.
Sembahlah DIA dengan hati yang tulus, fokus, berlaku seperti anak menghadap orangtuanya, tidak ada kepalsuan, kefasikan. Seperti persembahan seorang janda miskin seluruh nafkahnya walaupun dalam kekurangannya. (Lukas 21:3-4)

3.  Menyembah dalam kekudusan

Ingat Allah itu kudus, sudah sepantasnya kita juga selalu menjaga hati dan hidup yang kudus. Mintalah pertolongan Tuhan untuk mengampuni semua dosa, kepahitan yang menjadi halangan dengan penuh kerendahan hati sebelum penyembahan. Allah berfirman: “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Imamat 19:2)

4.  Menyembah dengan Roh

Allah adalah Roh yang menginginkan kita menghasilkan buah-buah Roh jadi sembahlah DIA dalam Roh, bukan dengan kepintaran, ilmu dogmatika yang dimiliki. Mintalah pada Allah Roh kudus yang akan memimpin kita menuju kebenaran yang memerdekakan dari semua belenggu kuasa Iblis. Yesus berkata: “IA akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang memintanya.” (Lukas11:13b)

Rasul Paulus mengajarkan, “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kemurahan hati, penguasaan diri...” dan  “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh ...” (Galatia 5:22-25)
Biarlah kita berserah pada Roh Kudus yang telah dicurahkan bagi segenap orang yang percaya dan Sinar Terang itu menuntun seluruh aspek kehidupan.

5.  Menyembah dengan segenap akal budi

Gangguan yang besar saat menyembah diantaranya doktrin agama, denominasi, liturgi rutinitas atau adat budaya tetapi halangan yang terbesar adalah diri kita sendiri. Penyembahan yang berkenan untuk Allah dengan mencurahkan segenap akal budi kita secara fokus sepenuh pikiran kita untuk memuliakan-NYA. Tidak mengikuti kebiasaan ataupun arahan orang lain. Contohnya: saat berkata puji Tuhan, Haleluya, Amin dan lainnya bukan dengan akal budi kita tapi ikut-ikutan atau karena perintah PF (pelayan firman), WL (worship leader) atau tradisi saja. Kata akal budi dalam Alkitab TB baik Perjanjian Lama dan Baru terdapat sebanyak 77 kali, jadi ini hal penting.

6.  Menyembah dengan segenap kekuatan

Dalam perjanjian lama Allah senang dengan persembahan berupa korban-korban (sapi, kambin, domba, merpati, hasil tanaman dan lainnya) yang tergenapi oleh tubuh dan darah Yesus Kristus di kayu salib. Saat ini persembahan yang berkenan adalah pujian, doa, ucapan syukur dan semua hidup serta sumber daya yang ada demi kemuliaan Allah tanpa memandang bangsa, suku, agama. Akuilah Tuhan sebagai sumber kekuatan kita satu-satunya.

7.  Menyembah tidak bertele-tele

Penyusunan kata/kalimat yang cantik dan panjang dalam doa tidak di kehendaki Allah, apalagi dikarang/ditulis terlebih dahulu atau memakai buku-buku doa tertentu. Terdengar oleh orang bagus  tapi tidak bagi-NYA. Ia berkenan pada doa yang simpel, praktis, ringkas yang timbul dalam hati, akal budi dan pimpinan Roh Kudus secara spontan, seperti yang Tuhan Yesus ajarkan dalam “Doa Bapa Kami”
Yesus mengajarkan: “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.” (Matius 6:7a)

8.  Tata cara penyembahan

Alkitab tidak mengajarkan secara baku/tertentu untuk penyembahan kepada Allah karena banyak caranya. Kita dapat berdiri, berlutut, duduk, berbaring, menyanyi, menari, bersorak, bersaksi, bermain alat musik, mengangkat tangan, menyendiri, bersama-sama. Semua tergantung pimpinan Roh Kudus dan spontan tidak diperintah orang lain. (Silahkan dicari referensinya dalam Alkitab)

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu” (Markus 12:30)


Pertanyaan: Sudahkah kita menyembah dengan benar kepada Allah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar