Penyembahan Yang Benar |
Sering kita
bertanya-tanya, apakah tata cara kita menyembah, berdoa, beribadah, memuji,
mengucap syukur sudah benar dan berkenan ke hadirat Tuhan Yang Kudus?
Pertama kita sadari
dulu, bahwa Allah tidak berkenan terhadap penyembah separuh hati, pikiran, waktu,
suara, harta-benda demi memenuhi ego/nafsu, kemunafikan atau dari sisa-sisa
semua kepunyaan kita. Allah selalu mau diprioritaskan, di nomer satukan, bukan
nomer sepuluh. Coba flash-back sejenak,
ambil waktu yang khusus untuk kita renungkan dan bertanya, untuk apa sebenarnya
kita menyembah Tuhan? Berapa lama kita menyembah-NYA dalam waktu yang Tuhan
berikan selama 24 jam? Apakah lebih lama bermain game, medsos atau hobi kita
dibandingkan bersekutu dengan Tuhan?
Penyembahan yang
menyenangkan hati Allah, secara singkat sebagai berikut:
1. Menyembah dengan penuh kebenaran
Kita
perlu menyembah bukan “Menyembah Tuhan untuk/karena . . .” (rutinitas,
kehormatan, kekayaan dan keduniawian lainnya), tetapi “Menyembah Tuhan meskipun/walaupun
. . .” (susah, miskin, sakit, wabah covid-19 dan keadaan lainnya yang membuat
sedih).
Yesus
berkata: “Allah itu Roh dan barangsiapa
menyembah DIA, harus dalam Roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:24)
Jika
kita menyembah Tuhan saat bahagia saja artinya menyembah Tuhan karena pamrih
atau balasan atas kebaikan-NYA. Atau menyembah saat kesusahan saja, saat senang
malah melupakan-NYA. Sedangkan Kasih Allah adalah kasih Agape, kasih yang tanpa
pamrih. Dan faktanya Allah lebih dahulu mengasihi kita dalam situasi, kondisi
apapun. Allah tetap hadir menyertai kita. Imanuel . . .
2. Menyembah secara natural/alamiah
Kondisi
jiwa, tubuh, emosi, keuangan pastinya tidak selalu dalam kondisi prima;
tetaplah menyembah Tuhan apa adanya sesuai eksistensi kita. Tidak dibuat-buat,
demi liturgi, mencari kehormatan jemaat, atau demi-demi yang lainnya. . .
Mari
menyerahkan diri, hati, pikiran kita secara natural/alamiah tidak ada
kemunafikan karena Allah Maha Tahu, tidak ada yang tersembunyi dihadapan-NYA.
Nabi
Daud berdoa: “Ya Allah, Engkau mengetahui
kebodohanku, kesalahan-kesalahanku tidak tersembunyi bagi-MU.” (Mazmur 69:5) demikian juga Tuhan
berfirman kepada Nabi Yeremia 16:17.
Sembahlah
DIA dengan hati yang tulus, fokus, berlaku seperti anak menghadap orangtuanya,
tidak ada kepalsuan, kefasikan. Seperti persembahan seorang janda miskin
seluruh nafkahnya walaupun dalam kekurangannya. (Lukas 21:3-4)
3. Menyembah dalam kekudusan
Ingat
Allah itu kudus, sudah sepantasnya kita juga selalu menjaga hati dan hidup yang
kudus. Mintalah pertolongan Tuhan untuk mengampuni semua dosa, kepahitan yang
menjadi halangan dengan penuh kerendahan hati sebelum penyembahan. Allah
berfirman: “Kuduslah kamu, sebab Aku,
TUHAN, Allahmu, kudus” (Imamat 19:2)
4. Menyembah dengan Roh
Allah
adalah Roh yang menginginkan kita menghasilkan buah-buah Roh jadi sembahlah DIA
dalam Roh, bukan dengan kepintaran, ilmu dogmatika yang dimiliki. Mintalah pada
Allah Roh kudus yang akan memimpin kita menuju kebenaran yang memerdekakan dari
semua belenggu kuasa Iblis. Yesus berkata: “IA
akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang memintanya.” (Lukas11:13b)
Rasul
Paulus mengajarkan, “Tetapi buah Roh
ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kemurahan hati, penguasaan diri...” dan
“Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh
...” (Galatia 5:22-25)
Biarlah
kita berserah pada Roh Kudus yang telah dicurahkan bagi segenap orang yang
percaya dan Sinar Terang itu menuntun seluruh aspek kehidupan.
5. Menyembah dengan segenap akal budi
Gangguan
yang besar saat menyembah diantaranya doktrin agama, denominasi, liturgi
rutinitas atau adat budaya tetapi halangan yang terbesar adalah diri kita
sendiri. Penyembahan yang berkenan untuk Allah dengan mencurahkan segenap akal
budi kita secara fokus sepenuh pikiran kita untuk memuliakan-NYA. Tidak
mengikuti kebiasaan ataupun arahan orang lain. Contohnya: saat berkata puji
Tuhan, Haleluya, Amin dan lainnya bukan dengan akal budi kita tapi ikut-ikutan
atau karena perintah PF (pelayan firman),
WL (worship leader) atau tradisi saja.
Kata akal budi dalam Alkitab TB baik Perjanjian Lama dan Baru terdapat sebanyak
77 kali, jadi ini hal penting.
6. Menyembah dengan segenap kekuatan
Dalam
perjanjian lama Allah senang dengan persembahan berupa korban-korban (sapi,
kambin, domba, merpati, hasil tanaman dan lainnya) yang tergenapi oleh tubuh
dan darah Yesus Kristus di kayu salib. Saat ini persembahan yang berkenan
adalah pujian, doa, ucapan syukur dan semua hidup serta sumber daya yang ada
demi kemuliaan Allah tanpa memandang bangsa, suku, agama. Akuilah Tuhan sebagai
sumber kekuatan kita satu-satunya.
7. Menyembah tidak bertele-tele
Penyusunan
kata/kalimat yang cantik dan panjang dalam doa tidak di kehendaki Allah,
apalagi dikarang/ditulis terlebih dahulu atau memakai buku-buku doa tertentu.
Terdengar oleh orang bagus tapi tidak
bagi-NYA. Ia berkenan pada doa yang simpel, praktis, ringkas yang timbul dalam
hati, akal budi dan pimpinan Roh Kudus secara spontan, seperti yang Tuhan Yesus
ajarkan dalam “Doa Bapa Kami”
Yesus
mengajarkan: “Lagipula dalam doamu itu
janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.”
(Matius 6:7a)
8. Tata cara penyembahan
Alkitab
tidak mengajarkan secara baku/tertentu untuk penyembahan kepada Allah karena
banyak caranya. Kita dapat berdiri, berlutut, duduk, berbaring, menyanyi,
menari, bersorak, bersaksi, bermain alat musik, mengangkat tangan, menyendiri,
bersama-sama. Semua tergantung pimpinan Roh Kudus dan spontan tidak diperintah
orang lain. (Silahkan dicari referensinya dalam Alkitab)
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu, dan
dengan segenap kekuatanmu” (Markus 12:30)
Pertanyaan: Sudahkah
kita menyembah dengan benar kepada Allah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar