Waktu Bermain dalam Keluarga Piper
Saya memiliki waktu bermain dengan anak-anak saya setelah makan
malam, setiap malam sampai sekitar pukul 19.00. Tidaklah mudah untuk
menyenangkan anak berusia 10, 7, dan 3 tahun dengan satu permainan.
Baru-baru ini, kami mempunyai ide baru: Karsten membaca The Tower of
Geburah untuk kami semua, sementara saya membangun menara dari balok
dengan Abraham di lantai. Ketika pukul 19.00 tiba, saya biasanya
mengatakan, "Oke, Abraham, ambil balok-baloknya dan masukkan semunya ke
dalam keranjang." Biasanya, ia bertanya, "Apakah Ayah mau membantu
saya?" Sekarang, saya memiliki dua kemungkinan. Saya bisa mengatakan,
"Tidak, kamu yang ambil balok-balok itu. Itu bisa dilakukan dalam 2
menit atau akan ada masalah!" Dia mungkin cemberut dan ribut-ribut,
tetapi umumnya pekerjaan akan dilakukan. Atau, saya bisa berkata, "Tentu
saja aku akan menolong. Ayo, kita lihat secepat apa kita dapat
melakukannya bersama." Jadi, dia akan bergegas, lalu bekerja lebih cepat
dan lebih efisien dengan bantuan saya, dan kami bahkan bersenang-senang
melakukan apa yang perlu dilakukan.
Pengalaman Abraham sangat berbeda dalam dua kasus. Dalam kasus
pertama, ia tidak bebas. Dia melakukan pekerjaannya seolah-olah kuk
perhambaan berada di punggungnya dan katak besar berat berada di bibir
bawahnya. Dia tidak bertindak dalam kebebasan karena tugas itu merupakan
beban menindas yang mengganggu dan menghambat. Namun, dalam kasus
kedua, ia bebas. Dia melakukan pekerjaan dengan lebih baik tanpa
kejengkelan. Dia memiliki sukacita kebebasan dan merasa tidak ada beban
yang menindas di punggungnya. Dia masih tahu bahwa Ayahnya akan
menghukum kalau tidak taat, tetapi itu bukan kuk berat karena ia cukup
senang untuk mengambil balok-balok itu. Apa bedanya? Ayah berada di
lantai membantu -- bahkan membuatnya menjadi menyenangkan. Pekerjaan yang
sama untuk dilakukan, tetapi dalam satu kasus ada di bawah kuk
perhambaan, dalam kasus lain dalam kebebasan. Ada petunjuk di sini untuk
bagaimana kita bisa hidup dalam kebebasan dan menaati Galatia 5:1.
Kunci untuk kebebasan adalah apakah kita harus melakukan pekerjaan itu
sendiri untuk menghindari hukuman, atau apakah Bapa kita turun untuk
bersama kita dan membantu kita. Saya pikir ini akan menjadi jelas di Galatia 5:2-5.
Ayat 2, 3, dan 4 masing-masing menggambarkan keadaan tetap di bawah
kuk perhambaan. Jadi, ayat-ayat ini berfungsi sebagai peringatan
terhadap perbudakan. Kemudian, ayat 5 memberikan gambaran positif
tentang bagaimana untuk berdiri teguh dalam kebebasan. Mari kita lihat
masing-masing ayat ini secara berurutan.
Jangan Menyuap Allah demi Mendapat Berkat
Kita akan melihat ayat 2 dan 3 sekaligus: "Sesungguhnya, aku, Paulus,
berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali
tidak akan berguna bagimu. (atau: Kristus tidak akan berguna apa-apa
bagimu). Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan
dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. (harfiah: bahwa
ia adalah seorang yang berutang untuk melakukan seluruh hukum Taurat)."
Seorang pembaca yang benar-benar tidak sensitif terhadap semua yang
telah terjadi sebelumnya di Galatia mungkin berkata, "O, itu mudah.
Paulus mengatakan sunat adalah salah dan tidak menyenangkan Allah dan
tidak- sunat adalah yang benar dan menyenangkan Tuhan. Jadi intinya
adalah: lakukan apa yang menyenangkan Allah — jangan sunat." Namun,
apakah Anda melihat apa yang tidak dilihat oleh pembaca yang dangkal:
itu membuat tidak bersunat menjadi sesuatu yang sama berbahayanya dengan
sunat, yaitu, sebuah tindakan yang bisa Anda gunakan untuk mendapatkan
sesuatu dari Tuhan.
Maksud dari ayat 2 dan 3 bukan bahwa sunat itu sendiri adalah salah,
tetapi bahwa setiap tindakan yang kita lakukan untuk menyuap Tuhan demi
mendapatkan berkat adalah salah. Sunat kebetulan adalah kebutuhan utama
dari orang Yahudi yang mengajar orang Galatia untuk melakukan cara
mereka untuk berkenan pada Allah. Galatia 2:3-5
mengingatkan kita bagaimana sunat berkaitan dengan kebebasan dan
perbudakan. Paulus pergi ke Yerusalem, "tetapi kendatipun Titus, yang
bersama-sama dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa
untuk menyunatkan dirinya. Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu
yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk
mengadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya
dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita. Tetapi, sesaat
pun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil
dapat tinggal tetap pada kamu." Itulah yang dimaksud Paulus dalam Galatia 5:1
"berdirilah teguh, dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan."
Artinya, jangan biarkan Yahudi menyihir Anda ke dalam pemikiran bahwa
sunat atau tindakan ketaatan lahiriah lainnya dapat diberikan kepada
Allah sebagai keuntungan baginya, yang kemudian harus dia bayar.
Lihatlah lebih dekat ke ayat 2. "Jikalau kamu menyunatkan dirimu,
Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu." Masalah dengan Yahudi
adalah bahwa mereka ingin bertransaksi dengan keuntungan Kristus, tetapi
hanya dengan membuat investasi dengan Dia dari aset moral mereka
sendiri. Paulus mengatakan bahwa jika Anda mencoba untuk mendapatkan
dividen dari Kristus dari investasi sunat atau aturan diet atau hari
raya Anda sendiri, Kristus tidak akan berguna apa-apa. Mengapa? Sebab,
semua manfaat rohani dan fisik Kristus memberikan dividen yang
dibayarkan dari investasi-Nya sendiri di Kalvari. Ketika Anak Allah mati
bagi dosa-dosa kita, aset moral yang Dia investasikan di bank kemuliaan
Allah yang begitu besar adalah dividen yang tak terbatas, tak berujung,
dan tersedia untuk semua orang yang ... yang apa? Ayat 2 mengatakan:
keuntungan Kristus bukan milik Anda jika Anda mencoba untuk mendapatkan
mereka dengan investasi Anda sendiri. Mengapa? Karena itu berarti tidak
menghormati Kristus, membatalkan anugerah (2:21), dan menghilangkan batu
sandungan dari salib (5:11). Kita meninggikan salib dan kasih karunia
dan Kristus ketika kita mengakui bahwa kita tidak memiliki aset untuk
berinvestasi, dan bahwa investasi Kristus di Kalvari benar-benar cukup
untuk mendapatkan dividen secara cuma-cuma dari kebenaran dan kehidupan
bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Jadi, ayat 2 mengajarkan bahwa
perbudakan adalah ketika Anda menolak Kristus sebagai dermawan
penyayang yang memberi kita dengan cuma-cuma pangsa laba tanpa akhir.
Perbudakan adalah ketika Anda memilih untuk berurusan dengan Dia sebagai
bankir yang membutuhkan investasi Anda untuk menghasilkan dividen bagi
para nasabah-Nya.
Ayat 3 mengatakan hal yang sama dengan sedikit berbeda. "Sekali lagi
aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib
melakukan seluruh hukum Taurat." Ayat ini mengajarkan bahwa pola pikir
perbudakan adalah pola pikir debitur -- orang yang berada di bawah
tekanan untuk membayar kembali apa yang telah dipinjam atau kebutuhan
untuk meminjam. Semua tindakan hukum (termasuk sunat) adalah mata uang
yang dengan itu orang Yahudi bertujuan untuk membayar utang mereka
kepada Allah. Titik mengejutkan dari ayat ini bagi kita adalah bahwa
Allah tidak mau berurusan dengan kita sebagai debitur dengan cara
demikian.
Kesalahan dari Etika Berterima Kasih
Saya mengatakan hal ini mengejutkan karena ada pandangan yang sangat
umum tentang perilaku Kristen yang bertentangan dengan ayat ini. Hal ini
disebut "Etika Berterima Kasih". Dikatakan bahwa Allah telah berbuat
banyak bagi saya, bahwa saya akan mengabdikan hidup saya untuk membayar
kembali utang saya, meskipun saya tahu, saya tidak akan pernah bisa
benar-benar melakukannya. Meskipun kebanyakan orang Kristen yang
mengusahakan etika berterima kasih ini akan mengatakan bahwa mereka
tidak mencoba untuk mendapatkan keselamatan mereka, tetapi ketika mereka
mulai bekerja untuk Tuhan karena Dia telah memberi mereka begitu
banyak, sangat mudah untuk mulai memikirkan pemberian gratis dari Allah
sebagai pinjaman yang akan dibayar kembali atau sebagai upah muka yang
akan diperoleh. Jadi, etika berterima kasih ini cenderung menempatkan
Anda dalam posisi debitur bukannya anak, dan hal tu adalah perbudakan.
Tak satu pun dari kita merasa benar-benar bebas, sementara kita dibebani
dengan utang yang harus dilunasi. Kristus tidak ingin Anda berhubungan
dengan Dia sebagai debitur yang menggunakan hukum untuk melakukan
pembayaran angsuran pinjaman tanpa akhir.
Setidaknya, ada tiga alasan mengapa etika berterima kasih ini salah.
Pertama, bersyukur yang sejati adalah, sesungguhnya, rasa utang yang
menyenangkan. Akan tetapi, begitu kesenangan dalam kemurahan hati orang
lain ini berubah menjadi sebuah perasaan bahwa kita harus membayar
sesuatu kembali, apa yang dulu merupakan pemberian gratis mulai menjadi
transaksi bisnis. Rasa syukur yang benar bukanlah perasaan harus
membayar kembali.
Alasan kedua mengapa etika berterima kasih salah adalah karena itu
merendahkan salib Kristus. Ketika Kristus telah mati karena dosa-dosa
kita untuk memperbaiki pelanggaran yang kita lakukan terhadap kehormatan
Allah, utang kita benar-benar dihapus! Setiap upaya untuk meningkatkan,
dari rekening kita, deposit yang dibuat untuk kita oleh Kristus di
Kalvari merupakan penghinaan terhadap nilainya yang tak terbatas. Ya,
semua hal yang baik yang terjadi kepada kita orang-orang berdosa
sekarang dan dalam kekekalan harus dibayar. Namun, Injil adalah bahwa
mereka telah dibayar oleh orang lain. Oleh karena itu, kita tidak boleh
mencoba untuk berhubungan dengan Allah sebagai debitur yang berusaha
untuk membayar kembali utang, tidak peduli seberapa pun bersyukurnya.
Alasan ketiga mengapa etika berterima kasih salah adalah bahwa itu
cenderung untuk memikirkan bahwa karya Tuhan bagi kita hanya untuk yang
pada masa lalu. Dikatakan, Allah telah melakukan begitu banyak untuk
saya, sekarang saya akan berbuat bagi Dia. Namun, itu mengabaikan
kenyataan bahwa karya Tuhan bagi kita adalah masa lalu, sekarang, dan
masa depan, dan itu tidak hanya bekerja untuk kita, tetapi dalam kita.
Etika berterima kasih cenderung lupa bahwa di luar kuasa kehadiran
Kristus yang tinggal dalam kita, kita tidak dapat melakukan apa-apa yang
berharga (Yohanes 15:5).
Etika berterima kasih lupa bahwa setiap kesabaran, kebaikan, ibadah,
dll., yang bisa kita berikan kepada Allah adalah buah Roh-Nya (Galatia 5:22; Filipi 3:3). Allahlah sekarang yang bekerja dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya (Ibrani 13:21).
Oleh karena itu, bahkan pemberian kita kepada Allah adalah karunia dari
Allah. Etika berterima kasih gagal melihat ini sebagai karya kasih
karunia yang tidak pernah berakhir dalam hidup kita. Kita bahkan tidak
bisa mulai membayar Allah kembali karena gerakan sedikit ke arah Dia
adalah anugerah baru dari Dia.
Jadi, ketika ayat 3 mengatakan bahwa orang yang akan disunat
menempatkan dirinya sebagai debitur kepada Allah, kita belajar bahwa
Allah tidak ingin berhubungan dengan kita sebagai debitur yang berusaha
untuk membayar kembali. Kehendak-Nya bagi kita adalah bahwa kita bebas
-- bahwa kita mengakui bahwa seluruh utang dibayar. Kita bukan budak
yang harus bekerja untuk keluar dari rumah miskin.
Kemerdekaan Tergantung pada Kasih Karunia
Sekarang, ayat 4 mengatakan hal yang sama seperti ayat 2 dan 3,
memperingatkan kita untuk berdiri teguh dalam kemerdekaan dan tidak
tunduk kepada kuk perhambaan: "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu
mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih
karunia." Jika Anda memasangkan kuk hukum kepada diri dan bertujuan
untuk menggunakannya untuk mencapai kebenaran Anda sendiri di hadapan
Allah, Anda telah diserahkan kepada kuk perhambaan dan tidak berdiri di
kebebasan dimana Kristus membebaskan Anda. Atau menggunakan kata-kata
dari ayat: hubungan Anda dengan Kristus dibatalkan dan Anda tidak lagi
mendapatkan keuntungan dari kasih karunia. Apa yang diajarkan ayat ini,
kemudian, adalah bahwa pengalaman kebebasan, termasuk kebebasan hidup
yang kekal, hanya bisa dinikmati saat kita bergantung pada kasih karunia
Kristus. Perbudakan adalah apa yang terjadi ketika Anda menjauh dari
kuasa kasih karunia. Kunci untuk kebebasan adalah untuk tetap tergantung
pada kasih karunia.
Akan tetapi, apa itu kasih karunia? Kasih karunia adalah karya Allah
yang penuh kuasa yang Dia berikan secara bebas untuk Anda dalam hidup
Anda sekarang. Anda pernah mendengar singkatan: G.R.A.C.E. — God's
Riches At Christ's Expense (Kekayaan Allah di Pembayaran Kristus -
Red.). Itu sangat baik. Akan tetapi, untuk mengingatkan kita bahwa kasih
karunia juga merupakan tindakan Allah untuk saat ini, berikut adalah
singkatan lain: G.R.A.C.E. -- God's Rescuing And Caring Exertion
(Pengerahan Penyelamatan dan Perhatian Allah - Red.). Misalnya, dalam 1 Korintus 15:10,
Paulus mengatakan, "Aku telah bekerja lebih keras daripada mereka
semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai
aku." Kasih karunia adalah tenaga Tuhan dalam hidup kita untuk membantu
kita. Contoh lain adalah Roma 5:21,
"sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikianlah kasih karunia
akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus,
Tuhan kita." Kasih karunia adalah seperti seorang raja yang berkuasa
yang memberikan pemerintahan-Nya dalam kehidupan orang Kristen.
Jadi, ketika Galatia 5:4
menyiratkan bahwa kunci untuk kebebasan tergantung pada kasih karunia,
itu berarti bahwa kunci untuk kebebasan adalah pengerahan tenaga
penyelamatan dan perhatian Allah dalam kehidupan kita di sini dan
sekarang. Kita bebas ketika Allah datang dengan leluasa untuk membantu
kita dan kita bersukacita percaya pada pertolongan-Nya, bukannya beralih
ke kuk hukum.
Dan, ini membawa kita kembali ke bermain di keluarga Piper. Ketika
saya mengatakan, "Oke, Abraham, ambil balok-balok itu dan masukkan
mereka semuanya dalam keranjang," ada dua kemungkinan: pertama, saya
bisa meninggalkan dia sendirian dan mengancam memberi hukuman jika dia
tidak menyelesaikan pekerjaan itu. Kedua, atau saya bisa turun ke lantai
dan membantu dia dan mengubah pekerjaan menjadi menyenangkan. Yang satu
adalah melahirkan anak ke dalam perbudakan (seperti Ismail, Galatia 4:24). Yang lain melahirkan anak kebebasan (seperti Ishak, Galatia 4:26,31).
Kunci untuk kebebasan adalah apakah Tuhan turun untuk membantu kita
melakukan apa yang Dia perintahkan dan apakah kita hidup oleh iman dalam
karya kasih karunia.
Bagaimana Orang Merdeka Menantikan Hari Terakhir
Saya menutup dengan hanya menunjukkan bagaimana ayat 5 menggambarkan
kehidupan kebebasan. "Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan
kebenaran yang kita harapkan." Meskipun ada pemahaman di mana kita
sudah dibenarkan oleh iman dalam Kristus dan berjubahkan kebenaran-Nya (Roma 5:1; 1 Korintus 1:30),
penghakiman terakhir terbentang di hadapan kita di mana putusan akhir
akan diucapkan dan kita akan dibenarkan seutuhnya. Ini adalah harapan
yang kita nantikan dan rindukan. Namun, begitu juga orang Yahudi!
Dua ungkapan dalam ayat 5 meringkas bagaimana orang merdeka menunggu
hari terakhir. Pertama, "oleh Roh". Hidup kita dimulai dengan karya Roh
(seperti hidup Ishak dimulai dengan campur tangan ilahi, Kejadian 21:1).
Dan kehidupan kita berlanjut oleh karya Roh. "Ini bukan lagi aku
sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Kita
bebas karena Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya untuk datang membantu
kita menyimpan balok-balok. Dia tidak berdiri menyendiri dan memberikan
tuntutan. Dia menawarkan persekutuan dan bantuan-Nya, dan bahkan membuat
kehidupan ketaatan adalah kehidupan sukacita. Kehidupan Kristen adalah
kehidupan kebebasan karena dihidupi dalam kuasa Roh.
Ungkapan kedua yang menunjukkan bagaimana orang merdeka menunggu
kebenaran yang kita harapkan adalah "dengan iman". "Melalui Roh dengan
iman kita menunggu kebenaran yang kita harapkan." Bisa dibayangkan bahwa
Abraham kecil akan mencibir dan berkata, "Aku tidak ingin bantuanmu.
Aku akan mengambil balok-balok itu sendiri. Aku akan menunjukkan
kepadamu apa yang bisa aku lakukan. Aku akan menunjukkan aku tidak butuh
kemurahanmu." Jika ia terus sombong, ia tidak akan mendapat kasih
karunia dan saya akan tidak berguna baginya. Dia akan memilih legalisme
lebih daripada kasih karunia dan perbudakan lebih daripada kebebasan.
Sisi manusia dari kebebasan adalah iman. Dan, Galatia 3:5
mengingatkan kita bagaimana itu berhubungan dengan sisi Allah: "apakah
Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang
melakukan mukjizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu
melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan
Injil?" Jika kita benar-benar bergantung pada Bapa kita untuk menolong
kita, Dia akan membantu kita.
Dan, dicatat dengan baik dalam Galatia 5:5
bahwa iman bukan hanya keputusan masa lalu. Itu adalah cara yang
berkelanjutan dalam menunggu kebenaran yang kita harapkan. Jadi, mata
uang kebebasan memiliki dua sisi. Satu sisi adalah pekerjaan kemurahan
Allah yang berdaulat dalam diri kita dan untuk kita hari demi hari --
Ayah turun ke lantai dan mengubah ketaatan menjadi menyenangkan. Sisi
lain adalah iman kita -- kehidupan bersukacita tergantung atas apa yang
Tuhan lakukan bagi kita, bukan apa yang bisa kita lakukan untuk Tuhan --
kehidupan yang khas yang berbeda dari dunia karena, sebagaimana akan
kita lihat, dimerdekakan untuk mengasihi. "Kristus telah memerdekakan
kita; karena itu berdirilah teguh, dan jangan mau lagi dikenakan kuk
perhambaan." (t/Jing-Jing)
Pertanyaan: Bagaimana kita menunggu hari terakhir: sebagai orang merdeka atau
sebagai budak?
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | Desiring God |
URL | : | http://www.desiringgod.org/messages/for-freedom-christ-has-set-us-free |
Judul asli artikel | : | For Freedom Christ Has Set Us Free |
Penulis artikel | : | John Piper |
Tanggal akses | : | 7 September 2017 |
Sumber: Arsip Kolom E-JEMMi
Setia menunggu |
(note: diediting seperlunya oleh blooger)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar