Inti Penyembahan |
Dalam
budaya masa kini yang serba instant dan bergerak cepat, kita
sulit untuk menyediakan waktu yang khusus untuk sekedar berdoa, menyembah Tuhan
sebelum memulai segala sesuatu kegiatan. Ditambah dengan banyaknya kegiatan
yang dilakukan dalam work list, jangan
berasumsi menyembah Tuhan adalah suatu pemborosan waktu.
Kita
tidak sadar atau terkadang lupa bahwa waktu, kesehatan,
materi dan lainnya semua itu berkat kasih anugerah Tuhan semata. Cobalah
pikirkan sejenak dengan hati yang tenang, penuh kesadaran dan bersaat teduh, siapakah
yang memberikan semua yang ada pada kita? Tanyakan juga pada lubuk hati
terdalam, apakah dengan kepintaran, kekuatan, kehebatan, kesombongan dst, yang
membuat semua asa dan cita terwujud?
Terpikirkah
jika Tuhan mengambil waktu kita alias game over (kematian)? mending kalau permainan bisa di ulang. Jika
kematian menjemput tidak ada obatnya.
Mari kita belajar
bersama... Sebelum nasi jadi bubur alias menyesal selamanya...
Nasehat rasul Paulus
tentang ibadah sejati: “Karena itu,
saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)
Apa artinya ‘kemurahan
Allah’? Karena Allah adalah sumber kasih. Ia lebih dahulu mengasihi kita dengan
segala keberadaan baik maupun jahat. Miskin atau kaya, sehat atau sakit dst. “...Bukan kita yang telah
mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita...” (1 Yohanes 4:10)
Apa artinya ‘persembahan
yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah’? hanya satu kata yaitu berserah
diri sepenuhnya kepada Allah, segala keberadaan hidup kita baik itu anggota
tubuh, kehidupan, segala sumber daya untuk memuliakan Allah.
Kenapa juga harus
kudus? Sebab Allah itu kudus, tidak mungkin kita menyembah dalam keadaan hati
yang marah, benci, iri hati, ego atau hanya rutinitas saja.
Dalam Alkitab
perjanjian lama (PL) Allah berfirman: “Engkau
harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah...”
(Ulangan 6:13)
Alkitab perjanjian
baru (PB) Yesus berfirman: “...Engkau
harus menyembah TUHAN, ALLAHmu, dan hanya kepada DIA sajalah engkau berbakti!”
(Lukas 4:8)
Berserah
diri
sepenuhnya juga menyatakan/menyadari
bahwa kita tidak dapat berbuat apapun diluar/tanpa kasih anugerah Allah. Hanya
kepada-NYA kita menyembah dan berbakti, mengucap syukur sepenuhnya dengan hati
yang takut serta gentar.
Pujian syukur nabi
Daud, “Aku mengasihi ENGKAU, ya TUHAN,
kekuatanku! Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku,
ALLAH-ku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk
keselamatanku, kota bentengku!” (Mazmur 18:3-4)
BERSERAH DIRI
Aku
hanyalah debu...
Bagai
sebutir pasir di pantai...
Bagai
setetes air di samudera...
Patutkah
aku sombong...? atau berbangga diri...?
Dimanakah
segala kepunyaanmu...?
Harta,
jabatan, keluarga, kepintaran, kekuatan...
Kefanaan
dan kesia-siaan, semu belaka...
Semuanya
titipan Yang Maha Kasih...
Apa
yang aku bawa di kehidupan selanjutnya...?
Hanya
kepada-MU lah aku berserah diri... dan menyembah...
Hanya
Allah sumber segala kehidupanku...
Sungguh
besar kuat kuasa-MU...
Sungguh
dahsyat perbuatan-Mu, ya ALLAH-ku...
Tak
tertandingi... Tak terduga... Tak terpikir...
Aku
terdiam dengan lelehan air mata...
Dalam
keheningan semilir angin pantai...
Bersujud
tafakur di hamparan pasir putih...
Diantara
puing-puing dan sampah yang terserak...
Beribu
ucap syukur untuk keagungan-MU, kebesaran-MU...
Kasih-Mu
yang besar, yang empunya Segala MAHA, ya ALLAH-ku...
Doa
dihatiku... Tolong siapkan aku TUHAN saat berpulang ke rumah-MU...
Haleluya...
Amin...
(Banda Aceh, medio maret 2005, renungan
diri saat melihat pasca tsunami)
Pertanyaan: Sudahkah
kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar