22 April 2020

Apa Inti Penyembahan


Inti Penyembahan


Dalam budaya masa kini yang serba instant dan bergerak cepat, kita sulit untuk menyediakan waktu yang khusus untuk sekedar berdoa, menyembah Tuhan sebelum memulai segala sesuatu kegiatan. Ditambah dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam work list, jangan berasumsi menyembah Tuhan adalah suatu pemborosan waktu.

Kita tidak sadar atau terkadang lupa bahwa waktu, kesehatan, materi dan lainnya semua itu berkat kasih anugerah Tuhan semata. Cobalah pikirkan sejenak dengan hati yang tenang, penuh kesadaran dan bersaat teduh, siapakah yang memberikan semua yang ada pada kita? Tanyakan juga pada lubuk hati terdalam, apakah dengan kepintaran, kekuatan, kehebatan, kesombongan dst, yang membuat semua asa dan cita terwujud?

Terpikirkah jika Tuhan mengambil waktu kita alias game over (kematian)? mending kalau permainan bisa di ulang. Jika kematian menjemput tidak ada obatnya.
Mari kita belajar bersama... Sebelum nasi jadi bubur alias menyesal selamanya...

Nasehat rasul Paulus tentang ibadah sejati: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)

Apa artinya ‘kemurahan Allah’? Karena Allah adalah sumber kasih. Ia lebih dahulu mengasihi kita dengan segala keberadaan baik maupun jahat. Miskin atau kaya, sehat atau sakit dst. “...Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita...” (1 Yohanes 4:10)

Apa artinya ‘persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah’? hanya satu kata yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah, segala keberadaan hidup kita baik itu anggota tubuh, kehidupan, segala sumber daya untuk memuliakan Allah.

Kenapa juga harus kudus? Sebab Allah itu kudus, tidak mungkin kita menyembah dalam keadaan hati yang marah, benci, iri hati, ego atau hanya rutinitas saja.

Dalam Alkitab perjanjian lama (PL) Allah berfirman: “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah...” (Ulangan 6:13)

Alkitab perjanjian baru (PB) Yesus berfirman: “...Engkau harus menyembah TUHAN, ALLAHmu, dan hanya kepada DIA sajalah engkau berbakti!” (Lukas 4:8)

Berserah diri sepenuhnya juga menyatakan/menyadari bahwa kita tidak dapat berbuat apapun diluar/tanpa kasih anugerah Allah. Hanya kepada-NYA kita menyembah dan berbakti, mengucap syukur sepenuhnya dengan hati yang takut serta gentar.

Pujian syukur nabi Daud, “Aku mengasihi ENGKAU, ya TUHAN, kekuatanku! Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, ALLAH-ku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!” (Mazmur 18:3-4)

BERSERAH DIRI
Aku hanyalah debu...
Bagai sebutir pasir di pantai...
Bagai setetes air di samudera...
Patutkah aku sombong...? atau berbangga diri...?
Dimanakah segala kepunyaanmu...?
Harta, jabatan, keluarga, kepintaran, kekuatan...
Kefanaan dan kesia-siaan, semu belaka...
Semuanya titipan Yang Maha Kasih...
Apa yang aku bawa di kehidupan selanjutnya...?
Hanya kepada-MU lah aku berserah diri... dan menyembah...
Hanya Allah sumber segala kehidupanku...
Sungguh besar kuat kuasa-MU...
Sungguh dahsyat perbuatan-Mu, ya ALLAH-ku...
Tak tertandingi... Tak terduga... Tak terpikir...
Aku terdiam dengan lelehan air mata...
Dalam keheningan semilir angin pantai...
Bersujud tafakur di hamparan pasir putih...
Diantara puing-puing dan sampah yang terserak...
Beribu ucap syukur untuk keagungan-MU, kebesaran-MU...
Kasih-Mu yang besar, yang empunya Segala MAHA, ya ALLAH-ku...
Doa dihatiku... Tolong siapkan aku TUHAN saat berpulang ke rumah-MU...
Haleluya... Amin...
(Banda Aceh, medio maret 2005, renungan diri saat melihat pasca tsunami)

Pertanyaan: Sudahkah kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar