28 Mei 2020

Ditengah Badai Samudera Indonesia

Ilustrasi kapal ditengah badai


Kesaksian ini mengenai antara hidup atau mati ditengah badai topan saat melintasi luasnya samudera Indonesia yang sangat mencekam.
Mari kita ikuti kisah nyata ini...

Pada tahun 2014 kami ditugaskan untuk survey pendahuluan untuk pekerjaan perencanaan jalan di pulau Simeuleu, Aceh. Perjalanan ini merupakan yang ke-dua bagi saya, saat pertamakali tahun 2012. Team survey start pagi dari kantor di Banda Aceh melintasi jalan pesisir barat yang indah menggunakan mobil menuju pelabuhan Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Barat Daya. Perjalanan sekitar 8 jam tidak ada kendala yang berarti. Setelah sampai pelabuhan di Labuhan Haji jam 17.00 WIB kami membeli tiket KMP (kapal motor penyeberangan) kelas VIP untuk menyeberang ke Simeuleu.

Rencana jadwal berlayar jam 20.00 WIB, dalam situasi normal pelayaran melintasi samudera Indonesia ini sekitar 8 jam. Jadi rencana sampai di pelabuhan Sinabang, Simeuleu sekitar jam 04.00 subuh. KMP ini mempunyai kapasitas angkut penumpang sekitar 400 orang, kendaraan: 12 truk, roda 4 sekitar 12 mobil, roda 2 sekitar 50 motor. Terdiri dari 3 lantai. Lantai ke-1 untuk mobil, motor dan barang, lantai ke-2 untuk penumpang kelas 2, lantai ke-3 untuk penumpang kelas 1 dan VIP.

Menjelang saat keberangkatan mulai hujan gerimis berangin sedang, jadwal keberangkatan diundurkan menjadi jam 22.00 WIB. Kapalpun melaut dengan tenang, selepas dari pelabuhan kira-kira 1 jam melaut, hujan mulai membesar disertai angin topan (hujan badai). Kapal kami diombang-ambing tak menentu arah, oleng kekiri-kekanan, kadang haluan kapal juga terangkat dan terhempas kembali ke laut dengan bunyi braakkk... braakk... kreekk... kreekk. Seakan-akan kapal mau pecah dihantam badai yang luar biasa. Air lautpun muncrat ke dek paling atas tempat kami berada, jadi ketinggian gelombang perkiraan kami sekitar 3-4 m. Sepengetahuan kami jika ombak setinggi 3 m atau lebih, KMP tidak boleh melanjutkan melaut harus kembali lagi.

Saat kelasi sedang memeriksa penumpang, kami bertanya padanya: “Pak.. ini gelombang laut sudah lebih dari 3 m. Kenapa tidak kembali saja tidak usah lanjut terus?”. Jawaban kelasi membuat kami tercengang: “Memang seharusnya sih balik arah..., tapi nakhoda yang ini ‘peusong’ (bhs Aceh = gila).., dia sih nekad..!!!, kalau nakhoda lain pasti balik lagi.” Wahh.., spontan team kami saling berpandangan seolah tidak percaya apa yang dikatakannya. Kelasi tersebut melanjutkan pemeriksaan ke tempat perlengkapan pelampung penumpang. Setelah selesai menerangkan dengan suara keras untuk mengalahkan suara hujan badai. Katanya: “Kepada seluruh penumpang VIP... jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan... segera ambil pelampung dan pasang dibadan seperti memakai jaket!” Kelasi kembali berkata: “Silahkan berdoa memohon keselamatan menurut kepercayaannya masing-masing!” Team kami jadi tambah melongo saling memandang disertai perasaan stress yang meningkat. Penumpang yang lain juga terperangah... bingung dan takut... Kelasipun keluar dek KMP untuk memeriksa hal lainnya.

Sebelum memulai pelayaran team kami juga sudah berdoa menurut kepercayaan kami masing-masing. Dalam team kami 5 orang, sayalah satu-satunya yang beragama Kristen kawan yang lain Islam. Saat memasuki awal badaipun kami sudah berdoa. Setelah pengumuman kelasi, kami tambah intens berdoanya...

Setelah 2 jam pelayaran, badai tidak juga mereda bahkan badai topan samudera Indonesia ini bertambah besar. Bunyi angin topan makin kencang, hujan sangat lebat disertai petir bersahutan. Wusshhhh...wusshh... pletakkk... pletekkkk... duueerrr... duuaarrr. Ditambah suara KMP besi menabrak ombak yang tinggi dan sesekali terhempas.. braakkk... braakk... kreekk... kreekk... tambah mencekam hati kami semua.

Tak lama kemudian kelasi yang sama datang ke VIP sambil membawa penumpang kelas I dan kelas II terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah renta beserta anak-anak ada juga ibu-ibu yang sedang hamil. Saat itu sebagian besar penumpang VIP sudah mabuk laut, ditambah lagi penumpang tambahan dari kelas lain, dengan kondisi mabuk laut juga. Keadaan saat itu kacau-balau, dengan penumpang yang penuh sesak sebagian berbagi kursi (termasuk kami berbagi kursi) sebagian duduk di lantai. Bercampur dengan macam-macam bau aroma muntah, keringat, minyak angin, balsem termasuk bau 2 buah kloset/WC yang tidak bisa tertutup. Badai topanpun masih menggila...

Semula team kami 2 orang termasuk saya tidak mabuk laut karena sudah minum obat antimo. Akhirnya jebol pertahanan kami alias mabuk laut juga dikarenakan tidak tahan mencium berbagai aroma tadi ditambah topan badai yang tak kunjung reda.
Coba saja bayangkan orang-orang yang sudah terbiasa menyeberang bolak-balik Labuhan Haji – Simeuleu saja mabuk apalagi kami baru kali ke-2, itupun 2 tahun yang lalu. Jadi betapa hebat dan dahsyat-nya badai yang terjadi saat itu.

Saat kondisi kepala pusing 7 keliling, badan lemas karena mabuk laut yang luar biasa, keringat dingin mengucur deras, keadaan sekeliling kacau-balau, topan badai yang tidak tahu kapan usai. Terbayang-bayang di pelupuk mata dan pikiran yang berkecamuk tertuju pada isteri, anak-anak dan orang-tua, bisakah saya bertemu kembali dengan mereka? Kawan team juga berpikiran sama dengan kondisinya stress buuangettt... Malah ada 2 orang kawan sudah menangis.. Kamipun menghibur dan menguatkannya.

Disitulah kami hanya bisa berpasrah diri kepada Sang Khalik, Sang Pencipta semesta alam termasuk kami umat ciptaan-NYA. Pasrah karena tak berdaya diombang- ambingkan badai samudera yang menghentak keras, pelabuhan yang dituju masih jauh, entah sampai selamat atau tidak.

Disaat berpasrah diri, pikiran dan hati total sepenuhnya kepada ALLAH, YESUS disitulah ROH KUDUS bekerja menentramkan hati dan pikiran saya.

ROH KUDUS berbisik lembut di hati saya: “Jikalaupun kapal ini pecah berantakan di tengah samudera dan ajal menjemput-mu, janganlah kamu takut, ragu atau bimbang karena TUHAN YESUS yang berkuasa atas bumi dan langit (termasuk badai ini), DIA telah mengalahkan maut dan telah menyediakan tempat bagi-mu di sorga, karena kamu percaya dalam hatimu dan mengaku bahwa hanya DIA-lah satu-satunya Juru Selamat-mu tidak ada yang lain...” Haleluya...

Setelah itu tidak ada rasa kawatir lagi dalam hati dan pikiran saya, sebab YESUS adalah IMANUEL, ALLAH yang menyertai kita selamanya.. Haleluya. Amin.
Sayapun berdoa mengucap syukur tak henti-henti dan terimakasih yang tak terhingga untuk pengampunan yang telah diberikan kepada saya, serta kepastian jaminan keselamatan yaitu bertemu kembali di Kerajaan-NYA.

Penyembahan saya lanjutkan dengan bernyanyi lagu-lagu rohani dalam hati yang penuh ucapan syukur sepenuhnya. Akhirnya sayapun dapat tertidur pulas ditengah kondisi kacau-balau,  bermacam bau, KMP oleng dan situasi tak menentu. Puji TUHAN.

Sekitar jam 07.00 WIB, saya dibangunkan TUHAN kembali. Ternyata topan badai sudah reda, hanya tersisa gerimis kecil. Sayapun keluar dari ruangan VIP, berjalan-jalan di dek lantai 3 sambil sarapan roti dan kopi kalengan menikmati ‘sun rise’ (walaupun sama-sama WIB, faktanya di Aceh lebih lambat 1 jam).
Woow.. amazing.. so beautiful.. speechless dehh. Melihat matahari baru muncul bersinar, samudera yang luas, jernihnya air laut, ada ikan terbang loncat-loncat, birunya langit, hijaunya kepulauan Simeuleu ada kecil ada yang besar.
Sungguh takjub dan kagum.. Teramat besar, luas dan indah semua ciptaan Yang Maha Kuasa, Maha Sempurna, Maha Indah.. Praise the LORD..

Berkat kasih setia dan penyertaan TUHAN YESUS, akhirnya kami sampai dengan selamat di Simeuleu sekitar jam 08.00 WIB. Setelah berlabuh, kamipun berkemas antri turun dari KMP. Saat kaki menginjak pelabuhan, saya langsung bertekuk lutut sujud serta berdoa mengucap puji syukur sepenuhnya kehadirat-NYA. Amin

Setelah selama 8 jam diterjang topan badai, penyeberangan ini menjadi 10 jam, kalau cuaca normal hanya 8 jam. Ternyata kami semua para penumpang dan awak KMP masih diberi kesempatan oleh TUHAN untuk melanjutkan kisah-kisah perjalanan hidup kami masing-masing. Ada beberapa penumpang yang sudah berumur setelah turun di jemput mobil ambulance untuk dirawat lebih lanjut. Semoga beliau juga selamat..

Kejadian yang kurang lebih sama terjadi 2000 tahun lalu, juga menimpa murid-murid. Saat malam hari mereka naik perahu menyeberangi Danau Galilea dari Tiberias menuju Kapernaum. Perahu merekapun diombang-ambingkan badai, sehingga para murid ketakutan karena YESUS tidak ada disamping mereka. Kemudian YESUS mendatangi mereka, dengan berjalan diatas air. (Baca Matius 14:22-33)

“Tetapi segera YESUS berkata kepada mereka: “Tenanglah! AKU ini, jangan takut!”. (Matius 14:27)

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab ENGKAU besertaku; gada-MU dan tongkat-MU, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23:4)

“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa YESUS adalah TUHAN, dan percaya dalam hatimu, bahwa ALLAH telah membangkitkan DIA dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9)

Inilah ke-3 ayat-ayat yang menguatkan dan meneguhkan saya saat diombang-ambingkan badai topan Samudera Indonesia, dan menyanyikan kidung/mazmur puji-pujian penyembahan kepada TUHAN YESUS. Only GOD are my strength, my savior..

Semoga kesaksian ini dapat membangunkan kita semua yang sedang tertidur lelap.. Kiranya TUHAN Yang Maha Kasih memampukan kita lebih merespon Kasih Anugerah-NYA disetiap badai kehidupan yang menerpa. Saat susah atau senang, saat sakit atau sehat, saat keadaan kacau atau baik. Dengan mengaku dan percaya bahwa YESUS adalah Juru Selamat satu-satunya baik di bumi maupun di sorga. DIA lebih besar dari segala masalah yang kamu hadapi dan DIA pula yang menyertaimu dari sekarang sampai selama-lamanya.
Haleluya... Amin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar