Ilustrasi kapal ditengah badai |
Kesaksian
ini mengenai antara hidup atau mati ditengah badai topan saat melintasi luasnya
samudera Indonesia yang sangat mencekam.
Mari
kita ikuti kisah nyata ini...
Pada
tahun 2014 kami ditugaskan untuk survey pendahuluan untuk pekerjaan perencanaan
jalan di pulau Simeuleu, Aceh. Perjalanan ini merupakan yang ke-dua bagi saya,
saat pertamakali tahun 2012. Team survey start pagi dari kantor di Banda Aceh melintasi
jalan pesisir barat yang indah menggunakan mobil menuju pelabuhan Labuhan Haji,
Kabupaten Aceh Barat Daya. Perjalanan sekitar 8 jam tidak ada kendala yang
berarti. Setelah sampai pelabuhan di Labuhan Haji jam 17.00 WIB kami membeli
tiket KMP (kapal motor penyeberangan) kelas VIP untuk menyeberang ke Simeuleu.
Rencana
jadwal berlayar jam 20.00 WIB, dalam situasi normal pelayaran melintasi
samudera Indonesia ini sekitar 8 jam. Jadi rencana sampai di pelabuhan Sinabang,
Simeuleu sekitar jam 04.00 subuh. KMP ini mempunyai kapasitas angkut penumpang sekitar
400 orang, kendaraan: 12 truk, roda 4 sekitar 12 mobil, roda 2 sekitar 50 motor.
Terdiri dari 3 lantai. Lantai ke-1 untuk mobil, motor dan barang, lantai ke-2
untuk penumpang kelas 2, lantai ke-3 untuk penumpang kelas 1 dan VIP.
Menjelang
saat keberangkatan mulai hujan gerimis berangin sedang, jadwal keberangkatan diundurkan
menjadi jam 22.00 WIB. Kapalpun melaut dengan tenang, selepas dari pelabuhan
kira-kira 1 jam melaut, hujan mulai membesar disertai angin topan (hujan
badai). Kapal kami diombang-ambing tak menentu arah, oleng kekiri-kekanan,
kadang haluan kapal juga terangkat dan terhempas kembali ke laut dengan bunyi
braakkk... braakk... kreekk... kreekk. Seakan-akan kapal mau pecah dihantam
badai yang luar biasa. Air lautpun muncrat ke dek paling atas tempat kami berada,
jadi ketinggian gelombang perkiraan kami sekitar 3-4 m. Sepengetahuan kami jika
ombak setinggi 3 m atau lebih, KMP tidak boleh melanjutkan melaut harus kembali
lagi.
Saat
kelasi sedang memeriksa penumpang, kami bertanya padanya: “Pak.. ini gelombang
laut sudah lebih dari 3 m. Kenapa tidak kembali saja tidak usah lanjut terus?”.
Jawaban kelasi membuat kami tercengang: “Memang seharusnya sih balik arah...,
tapi nakhoda yang ini ‘peusong’ (bhs
Aceh = gila).., dia sih nekad..!!!, kalau nakhoda lain pasti balik lagi.” Wahh..,
spontan team kami saling berpandangan seolah tidak percaya apa yang
dikatakannya. Kelasi tersebut melanjutkan pemeriksaan ke tempat perlengkapan
pelampung penumpang. Setelah selesai menerangkan dengan suara keras untuk
mengalahkan suara hujan badai. Katanya: “Kepada seluruh penumpang VIP... jika
terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan... segera ambil pelampung dan pasang
dibadan seperti memakai jaket!” Kelasi kembali berkata: “Silahkan berdoa
memohon keselamatan menurut kepercayaannya masing-masing!” Team kami jadi tambah
melongo saling memandang disertai perasaan stress yang meningkat. Penumpang
yang lain juga terperangah... bingung dan takut... Kelasipun keluar dek KMP untuk
memeriksa hal lainnya.
Sebelum
memulai pelayaran team kami juga sudah berdoa menurut kepercayaan kami
masing-masing. Dalam team kami 5 orang, sayalah satu-satunya yang beragama
Kristen kawan yang lain Islam. Saat memasuki awal badaipun kami sudah berdoa.
Setelah pengumuman kelasi, kami tambah intens berdoanya...
Setelah
2 jam pelayaran, badai tidak juga mereda bahkan badai topan samudera Indonesia
ini bertambah besar. Bunyi angin topan makin kencang, hujan sangat lebat
disertai petir bersahutan. Wusshhhh...wusshh... pletakkk... pletekkkk... duueerrr...
duuaarrr. Ditambah suara KMP besi menabrak ombak yang tinggi dan sesekali
terhempas.. braakkk... braakk... kreekk... kreekk... tambah mencekam hati kami
semua.
Tak
lama kemudian kelasi yang sama datang ke VIP sambil membawa penumpang kelas I
dan kelas II terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah renta beserta
anak-anak ada juga ibu-ibu yang sedang hamil. Saat itu sebagian besar penumpang
VIP sudah mabuk laut, ditambah lagi penumpang tambahan dari kelas lain, dengan
kondisi mabuk laut juga. Keadaan saat itu kacau-balau, dengan penumpang yang
penuh sesak sebagian berbagi kursi (termasuk kami berbagi kursi) sebagian duduk
di lantai. Bercampur dengan macam-macam bau aroma muntah, keringat, minyak
angin, balsem termasuk bau 2 buah kloset/WC yang tidak bisa tertutup. Badai
topanpun masih menggila...
Semula
team kami 2 orang termasuk saya tidak mabuk laut karena sudah minum obat
antimo. Akhirnya jebol pertahanan kami alias mabuk laut juga dikarenakan tidak
tahan mencium berbagai aroma tadi ditambah topan badai yang tak kunjung reda.
Coba
saja bayangkan orang-orang yang sudah terbiasa menyeberang bolak-balik Labuhan
Haji – Simeuleu saja mabuk apalagi kami baru kali ke-2, itupun 2 tahun yang
lalu. Jadi betapa hebat dan dahsyat-nya badai yang terjadi saat itu.
Saat
kondisi kepala pusing 7 keliling, badan lemas karena mabuk laut yang luar
biasa, keringat dingin mengucur deras, keadaan sekeliling kacau-balau, topan
badai yang tidak tahu kapan usai. Terbayang-bayang di pelupuk mata dan pikiran
yang berkecamuk tertuju pada isteri, anak-anak dan orang-tua, bisakah saya
bertemu kembali dengan mereka? Kawan team juga berpikiran sama dengan kondisinya
stress buuangettt... Malah ada 2 orang kawan sudah menangis.. Kamipun menghibur
dan menguatkannya.
Disitulah
kami hanya bisa berpasrah diri kepada Sang Khalik, Sang Pencipta semesta alam
termasuk kami umat ciptaan-NYA. Pasrah karena tak berdaya diombang- ambingkan
badai samudera yang menghentak keras, pelabuhan yang dituju masih jauh, entah
sampai selamat atau tidak.
Disaat
berpasrah diri, pikiran dan hati total sepenuhnya kepada ALLAH, YESUS disitulah
ROH KUDUS bekerja menentramkan hati dan pikiran saya.
ROH
KUDUS berbisik lembut di hati saya: “Jikalaupun kapal ini pecah berantakan di
tengah samudera dan ajal menjemput-mu, janganlah kamu takut, ragu atau bimbang karena
TUHAN YESUS yang berkuasa atas bumi dan langit (termasuk badai ini), DIA telah
mengalahkan maut dan telah menyediakan tempat bagi-mu di sorga, karena kamu percaya
dalam hatimu dan mengaku bahwa hanya DIA-lah satu-satunya Juru Selamat-mu tidak
ada yang lain...” Haleluya...
Setelah
itu tidak ada rasa kawatir lagi dalam hati dan pikiran saya, sebab YESUS adalah
IMANUEL, ALLAH yang menyertai kita selamanya.. Haleluya. Amin.
Sayapun
berdoa mengucap syukur tak henti-henti dan terimakasih yang tak terhingga untuk
pengampunan yang telah diberikan kepada saya, serta kepastian jaminan
keselamatan yaitu bertemu kembali di Kerajaan-NYA.
Penyembahan
saya lanjutkan dengan bernyanyi lagu-lagu rohani dalam hati yang penuh ucapan
syukur sepenuhnya. Akhirnya sayapun dapat tertidur pulas ditengah kondisi
kacau-balau, bermacam bau, KMP oleng dan
situasi tak menentu. Puji TUHAN.
Sekitar
jam 07.00 WIB, saya dibangunkan TUHAN kembali. Ternyata topan badai sudah reda,
hanya tersisa gerimis kecil. Sayapun keluar dari ruangan VIP, berjalan-jalan di
dek lantai 3 sambil sarapan roti dan kopi kalengan menikmati ‘sun rise’ (walaupun sama-sama WIB,
faktanya di Aceh lebih lambat 1 jam).
Woow.. amazing.. so beautiful.. speechless dehh.
Melihat matahari baru muncul bersinar, samudera yang luas, jernihnya air laut,
ada ikan terbang loncat-loncat, birunya langit, hijaunya kepulauan Simeuleu ada
kecil ada yang besar.
Sungguh
takjub dan kagum.. Teramat besar, luas dan indah semua ciptaan Yang Maha Kuasa,
Maha Sempurna, Maha Indah.. Praise the
LORD..
Berkat
kasih setia dan penyertaan TUHAN YESUS, akhirnya kami sampai dengan selamat di
Simeuleu sekitar jam 08.00 WIB. Setelah berlabuh, kamipun berkemas antri turun
dari KMP. Saat kaki menginjak pelabuhan, saya langsung bertekuk lutut sujud
serta berdoa mengucap puji syukur sepenuhnya kehadirat-NYA. Amin
Setelah
selama 8 jam diterjang topan badai, penyeberangan ini menjadi 10 jam, kalau
cuaca normal hanya 8 jam. Ternyata kami semua para penumpang dan awak KMP masih
diberi kesempatan oleh TUHAN untuk melanjutkan kisah-kisah perjalanan hidup
kami masing-masing. Ada beberapa penumpang yang sudah berumur setelah turun di
jemput mobil ambulance untuk dirawat lebih lanjut. Semoga beliau juga selamat..
Kejadian
yang kurang lebih sama terjadi 2000 tahun lalu, juga menimpa murid-murid. Saat malam
hari mereka naik perahu menyeberangi Danau Galilea dari Tiberias menuju
Kapernaum. Perahu merekapun diombang-ambingkan badai, sehingga para murid
ketakutan karena YESUS tidak ada disamping mereka. Kemudian YESUS mendatangi
mereka, dengan berjalan diatas air. (Baca
Matius 14:22-33)
“Tetapi
segera YESUS berkata kepada mereka: “Tenanglah! AKU ini, jangan takut!”. (Matius 14:27)
“Sekalipun
aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab ENGKAU
besertaku; gada-MU dan tongkat-MU, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23:4)
“Sebab
jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa YESUS adalah TUHAN, dan percaya dalam
hatimu, bahwa ALLAH telah membangkitkan DIA dari antara orang mati, maka kamu
akan diselamatkan.” (Roma
10:9)
Inilah
ke-3 ayat-ayat yang menguatkan dan meneguhkan saya saat diombang-ambingkan
badai topan Samudera Indonesia, dan menyanyikan kidung/mazmur puji-pujian
penyembahan kepada TUHAN YESUS. Only GOD are
my strength, my savior..
Semoga
kesaksian ini dapat membangunkan kita semua yang sedang tertidur lelap..
Kiranya TUHAN Yang Maha Kasih memampukan kita lebih merespon Kasih Anugerah-NYA
disetiap badai kehidupan yang menerpa. Saat susah atau senang, saat sakit atau
sehat, saat keadaan kacau atau baik. Dengan mengaku dan percaya bahwa YESUS
adalah Juru Selamat satu-satunya baik di bumi maupun di sorga. DIA lebih besar
dari segala masalah yang kamu hadapi dan DIA pula yang menyertaimu dari sekarang
sampai selama-lamanya.
Haleluya...
Amin...